teal-raven-901245.hostingersite.com – Bitwise Asset Management merilis analisis baru terkait potensi lonjakan harga Bitcoin (BTC) setelah konflik militer meningkat. Laporan tersebut menyebutkan bahwa peristiwa geopolitik besar sering kali diikuti oleh pemulihan signifikan di pasar aset kripto.
“Baca Juga: Lorong Kost: Kisah Horor & Pengalaman Mencekam Para Pemain“
Menurut data Bitwise sejak Juli 2010, Bitcoin rata-rata naik 31,2% dalam 50 hari setelah krisis geopolitik. Median kenaikan tercatat sebesar 10,2%.
Analis Bitwise menyimpulkan bahwa konflik berskala besar cenderung membuka peluang beli bagi investor. Aset kripto, khususnya Bitcoin, sering dianggap sebagai tempat berlindung dari ketidakstabilan ekonomi.
Sentimen Pasar Kembali Menguat Setelah Sempat Tertekan
Indeks sentimen kripto milik Bitwise sempat turun di bawah nol pada Jumat lalu. Penurunan ini menjadi yang pertama sejak Mei 2025. Namun, pada Senin pagi, indikator tersebut kembali ke zona optimis.
Pemulihan sentimen ini dipicu oleh masuknya dana ke produk kripto di bursa dan melemahnya dolar AS. Kedua faktor ini menambah keyakinan pasar terhadap potensi pemulihan harga Bitcoin.
Krisis Timur Tengah Picu Ketakutan dan Volatilitas
Konflik bersenjata antara Iran dan Israel memberikan dampak besar pada pasar global. Laporan Associated Press menyebutkan Iran menembakkan lebih dari 370 rudal ke wilayah Israel. Serangan ini menewaskan setidaknya 24 orang.
Sebagai respons, Israel meluncurkan serangan balik dan menghancurkan lebih dari 120 peluncur rudal milik Iran. Israel mengklaim telah menguasai udara di wilayah konflik.
Dampaknya langsung terasa di pasar keuangan. Harga emas melonjak hingga menembus $3.430 per ons, sementara minyak mentah Brent naik tajam. Indeks saham global mengalami tekanan, sedangkan Bitcoin sempat turun ke $102.600 sebelum rebound.
Dolar Melemah, Bitcoin Dapat Dorongan Tambahan
Bitwise juga menyoroti pelemahan dolar AS sebagai faktor yang mendukung kenaikan Bitcoin. Indeks DXY turun ke titik terendah sejak Maret 2022.
Pelemahan ini terjadi karena inflasi AS lebih rendah dari perkiraan dan angka pengangguran terus meningkat. Investor kini memperkirakan akan ada hampir dua kali pemotongan suku bunga oleh The Fed hingga akhir 2025.
Kondisi ini menciptakan iklim positif bagi aset yang tidak menghasilkan bunga, seperti Bitcoin. Nilai BTC yang berbasis dolar ikut terdorong oleh ekspektasi kebijakan moneter yang longgar.
Potensi Lonjakan ke $140.000 dalam Waktu Dekat
Jika pola historis terulang, Bitcoin memiliki potensi untuk naik sebesar 31% dari level saat ini. Dengan harga di kisaran $107.000, target kenaikan membawa BTC ke angka sekitar $140.000.
Lonjakan ini mencerminkan antusiasme investor terhadap aset digital sebagai pelindung nilai di tengah krisis. Namun, para analis tetap menyarankan investor agar berhati-hati menghadapi volatilitas jangka pendek.
“Baca Juga: Bitcoin Masih Lesu di Tengah Gejolak Konflik Global“
Kesimpulan: Bitcoin Tetap Jadi Aset Andalan Saat Krisis
Kondisi pasar global yang tidak stabil justru memperkuat posisi Bitcoin sebagai safe haven digital. Bitwise menilai bahwa investor cenderung memanfaatkan momen krisis untuk akumulasi.
Dengan kombinasi data historis, sentimen pasar yang membaik, dan kebijakan moneter yang mendukung, Bitcoin berpeluang mencetak rekor baru dalam beberapa bulan ke depan.