Pronoted – Fetch.ai (FET), token utama dalam ekosistem Artificial Superintelligence Alliance (ASI), mencatat lonjakan harga signifikan pada Kamis (19/6). FET berhasil mengungguli mayoritas token AI lainnya dan mencatat kenaikan lebih dari 7% dalam satu hari.
“Baca Juga: Daddio (2023): Film Minim Aksi, Sarat Percakapan Emosional“
Program Buyback Dorong Sentimen Positif Investor
Kenaikan harga FET terjadi setelah Fetch.ai Foundation mengumumkan program pembelian kembali token senilai $50 juta. Langkah ini dianggap sebagai sinyal kuat dari keyakinan tim terhadap nilai jangka panjang token FET.
Harga FET naik ke $0,7017 dan menjadi salah satu token dengan kinerja terbaik dalam kategori kripto berbasis kecerdasan buatan. Program buyback ini juga mendorong minat komunitas dan pelaku institusi terhadap proyek ASI.
CEO Fetch.ai: FET Masih Undervalued
CEO Fetch.ai, Humayun Sheikh, menjelaskan bahwa proses buyback akan berlangsung di berbagai exchange besar secara bertahap. Ia menyebut bahwa langkah ini mencerminkan kepercayaan tim terhadap platform dan bahwa FET saat ini masih undervalued.
Sheikh menambahkan bahwa peningkatan minat terhadap platform agen AI dan model ASI-1 turut memperkuat alasan pelaksanaan program buyback. Inisiatif ini juga mendukung tujuan jangka panjang proyek dalam membangun ekosistem AI terdesentralisasi.
Dukungan Dana dari DWF Labs Perkuat Momentum Bullish
Sebelum pengumuman buyback, DWF Labs mentransfer dana sebesar $45 juta dalam bentuk USDT ke ASI Alliance. Data dari Lookonchain mencatat bahwa transfer tersebut terjadi hanya beberapa jam sebelum pengumuman resmi dilakukan.
Suntikan dana besar ini memperkuat sentimen pasar. Para analis meyakini kombinasi dana institusi dan aksi buyback mempercepat momentum bullish FET.
Analis teknikal Satori_BTC menyebut waktu pelaksanaan buyback bertepatan dengan area dukungan penting pada grafik harga. Hal ini semakin meningkatkan kepercayaan investor terhadap reli jangka pendek FET.
Infrastruktur ASI Dinilai Semakin Siap Hadapi Adopsi Luas
Solid Intel, media crypto di platform X, menyatakan bahwa buyback FET selaras dengan peningkatan utilitas ASI1 dan platform agen AI milik Fetch.ai. Menurut mereka, aliansi ASI berhasil menemukan kecocokan produk dengan kebutuhan pasar saat ini.
Model ASI-1 dirancang untuk mendukung agen otonom yang dapat beroperasi lintas jaringan dan data. Hal ini menjadikan ASI sebagai pemain potensial dalam pengembangan AI di Web3.
Aliansi ASI yang terdiri dari Fetch.ai, SingularityNET, dan Ocean Protocol kini terlihat semakin solid. Kolaborasi ini menciptakan ekosistem AI interoperable yang dapat berkembang bersama peningkatan adopsi global terhadap teknologi otonom.
Buyback: Strategi Populer yang Tidak Selalu Efektif?
Secara teori, buyback mengurangi jumlah token beredar dan menciptakan persepsi kelangkaan. Dalam kondisi permintaan meningkat, harga token bisa naik signifikan. Namun, sejumlah pakar mempertanyakan efektivitas strategi ini dalam jangka panjang.
Laporan dari Messari menyatakan bahwa buyback bukan penentu utama harga token. Mereka menyebut pertumbuhan pendapatan proyek dan narasi pasar sebagai faktor yang lebih kuat dalam mendorong harga.
Messari juga memperingatkan bahwa buyback yang dilakukan pada waktu salah justru dapat menimbulkan kerugian. Strategi ini juga dapat mengalihkan sumber daya dari pengembangan dan inovasi.
“Baca Juga: Cardano atau Solana, Siapa Unggul di Tahun 2026?“
Kesimpulan: FET Jadi Sorotan, Tapi Strategi Harus Diperhitungkan
FET berhasil mencuri perhatian pasar berkat kombinasi buyback besar, dukungan institusi, dan penguatan narasi ekosistem AI. Namun, investor perlu mempertimbangkan bahwa lonjakan harga jangka pendek tidak menjamin tren jangka panjang.
Kekuatan fundamental proyek, kesiapan infrastruktur, dan eksekusi roadmap tetap menjadi penentu utama nilai masa depan token. FET telah menunjukkan potensi besar, tetapi pengawasan dan evaluasi berkala tetap penting dalam mengambil keputusan investasi.