Pronoted – Bitcoin kembali mengalami koreksi harga pada awal Juli 2025. Setelah sempat menyentuh angka $108.000, harga BTC kini turun menjadi $107.143. Kondisi pasar crypto global yang belum sepenuhnya pulih turut memperburuk situasi.
Meski sempat menunjukkan pemulihan, tekanan jual dari penambang dan investor lama kembali mendorong harga ke bawah. Data on-chain dan indikator pasar menunjukkan sinyal penurunan yang harus diwaspadai.
“Baca Juga: Panduan 5 Cara Staking Kripto Paling Cuan di 2025“
Harga Bitcoin Turun 1,53% dalam 24 Jam Terakhir
Pada 1 Juli 2025, harga Bitcoin tercatat sebesar $107.143 atau sekitar Rp1.733.878.424. Harga ini turun 1,53% dibandingkan sehari sebelumnya.
Sepanjang 24 jam terakhir, BTC sempat menyentuh harga tertinggi di Rp1.762.319.861 dan terendah di Rp1.733.878.424.
Data dari CoinMarketCap menunjukkan kapitalisasi pasar Bitcoin mencapai $2,13 triliun. Volume perdagangan harian naik 12% menjadi $42,17 miliar.
Harga BTC Sulit Naik karena Tekanan Jual Semakin Kuat
Meski harga sempat naik perlahan sepanjang pekan lalu, tren positif ini mulai menghadapi tekanan. CryptoQuant melaporkan bahwa permintaan Bitcoin dari pembeli baru gagal menandingi pasokan yang beredar.
Indikator Apparent Demand BTC mencatat angka negatif sebesar -36,98 pada 30 Juni 2025. Angka ini didasarkan pada rata-rata pergerakan selama 30 hari.
Metrik tersebut menghitung keseimbangan antara permintaan baru dan dua sumber pasokan utama. Sumber tersebut meliputi Bitcoin yang baru ditambang dan Bitcoin milik investor lama yang kembali dijual.
Ketika angka berada di zona negatif, artinya pasokan yang masuk melebihi daya serap pasar. Hal ini menunjukkan bahwa minat beli belum mampu mengimbangi tekanan jual yang meningkat.
Rasio Long/Short BTC Tunjukkan Sentimen Bearish
Data rasio posisi long dan short turut memperkuat sinyal penurunan harga. Saat ini, rasio long/short BTC berada di angka 0,96.
Angka tersebut berarti lebih banyak trader membuka posisi short dibandingkan long. Posisi short mencerminkan ekspektasi bahwa harga akan terus menurun.
Ketika rasio berada di bawah 1, para trader cenderung bertaruh pada penurunan harga. Ini memperkuat pandangan bahwa pasar masih diliputi sentimen negatif.
Perilaku ini tidak hanya terjadi di pasar spot, tetapi juga terlihat di pasar derivatif seperti kontrak berjangka. Posisi trader menunjukkan kecenderungan menjual daripada membeli, yang memperlemah dukungan terhadap harga saat ini.
Risiko Turun ke $105.000 Jika Tekanan Jual Berlanjut
Pada 30 Juni, Bitcoin sempat diperdagangkan di harga $108.102. Namun, tekanan jual yang terus meningkat membuat level tersebut sulit dipertahankan.
Jika para pembeli tidak mampu menyerap pasokan yang terus masuk, harga BTC bisa jatuh lebih dalam. Titik support terdekat berada di level $107.745.
Bila harga turun melewati level ini, BTC berpotensi menguji ulang zona support kuat di $105.000. Bahkan, harga bisa menyentuh $104.709 dalam skenario terburuk.
Namun, peluang pemulihan tetap terbuka jika ada lonjakan permintaan dari investor baru. Dalam skenario ini, harga BTC bisa menembus resistance di $109.304 dan mencoba naik ke level tertingginya di $111.917.
Kesimpulan: Perhatikan Sinyal Pasar Sebelum Ambil Keputusan
Harga Bitcoin saat ini berada dalam posisi rentan akibat tekanan jual yang tinggi. Data on-chain dan rasio trader menunjukkan sinyal bearish yang kuat.
Investor perlu mencermati pergerakan harga dalam beberapa hari ke depan. Jika tekanan jual terus meningkat, BTC bisa jatuh ke bawah $105.000. Namun, jika permintaan kembali naik, BTC masih berpeluang untuk pulih.
“Baca Juga: Tips Diet Sehat dari Ahli Gizi Amy Kimberlain“
Disclaimer:
Artikel ini bertujuan memberi informasi, bukan ajakan membeli atau menjual aset crypto. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan dana yang siap risiko saat berinvestasi.